Kamis, 26 Januari 2012

TIGA DIMENSI KETUHANAN,TEKNOLOGI DAN KEMANUSIAAN DALAM RU-KHONGHUCU


TIGA DIMENSI KETUHANAN,TEKNOLOGI DAN KEMANUSIAAN DALAM RU-KHONGHUCU
Oleh : Js.Drs.Ongky Setio Kuncono,MM,MBA*

PENDAHULUAN
             Pada suatu hari rombongan Xs.Indarto naik Bus menuju ke salah satu tempat, tiba tiba terjadilah kecelakaan dasyat  sehingga diantara rombongan itu ada yang  luka parah dan ada juga yang meninggal dunia,  namun Xs. Indarto selamat dari musibah  dasyat itu . Tentu saja dari kejadian itu,  Xs. Indarto harus bersyukur kepada Tian, Tuhan YME, karena beliau telah selamat dari musibah kendati beliau terkena luka luka ringan .
Pengungkapan rasa  syukur kepada Thian, Tuhan YME  merupakan tidakan yang sangat tepat karena Tian  masih memberikan Xs.Indarto keselamatan dan umur panjang, sebaliknya ketika Xs. Indarto di rawat luka lukanya oleh seorang dokter, beliau harus berterimakasih kepada dokter yang telah mengobatinya. Dari satu hal  bersukur kepada Tian  dan hal lain berterimakasih kepada dokter merupakan pemisahan yang tegas kapan manusia itu menghadap kepada Tuhannya  dan kapan manusia menghormati sesama manusia.   
Dalam ajaran Ru-Khonghucu dengan tegas dan jelas memisahkan ungkapan syukur itu pada tempat dan kondisi  serta tujuan yang tepat. Artinya bahwa tidak semua kejadian  yang kita lakukan didunia ini dikaburkan sehingga segalanya mengarah kepada Tian , Tuhan YME.  Khonghucu mengajarkan kepada kita bahwa rasa bakti anak kepada orang tua didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kita semua berhutang budi kepada orang tua sejak  bayi hingga dewasa dirawat, dibekali ilmu, dibimbing sehingga menjadi manusia yang mandiri.
* Penulis Mahasiswa Pascasarjana Program Doctoral ( DR ) Ilmu Ekonomi .
Tentu saja secara rasional semua itu berkat jasa dari pada orang tua. Maka sebagai umat Ru, wajib membalas budi kepada orang tua dalam bentuk bakti .
Pemisahan yang tegas kapan harus berbakti kepada manusia ( Ren Dao ) dan kapan harus bersyukur dan bersembahyang kepada Thian, Tuhan YME ( Tian Dao ) merupakan ciri kas dalam ajaran Ru-Khonghucu . Pemisahan ini bukan berarti manusia tidak meyakini bahwa segala sesuatu yang dinikmati manusia  itu bersumber pada Tian sebagai Maha Pengasih . Akan tetapi manusia hendaknya mengerti bahwa benda benda yang bisa memenuhi kebutuhannya didapatkan dari hasil pengelolahan manusia entah itu orang tua, sahabat, orang lain yang secara langsung bisa dilihat. 
Dalam kontek ini persis apa yang pernah dikatakan Gus Dur bahwa “ Tuhan jangan dilayani seperti Raja sebab Tuhan Yang Maha itu didak bertambah dan tidak berkurang akibat dari pelayanan manusia” . Artinya bahwa Tuhan itu sudah tidak ada kekurangan apapun, manusia hendaknya melakukan abdi yang lebih kepada manusia itu sendiri. Abdi Kepada manusia merupakan tindakan yang diharapkan pada perkembangan agama dewasa ini. Tentu saja bahwa bagaimana manusia saat sekarang ini mampu menumbuhkan nilai nilai kemanusiaan dalam kehidupannya, jangan melulu taat kepada Tuhan sedangkan kebawah meninggalkan hubungan antar sesama.  
Ketika terjadi perang dunia I dan perang dunia II banyak terjadi kerusakan baik manusia maupun alam dan dingkungan, maka ini adalah perbuatan manusia yang tidak menghargai hubungan antara manusia dengan alam ( Ti Dao ), maka akibat ulah manusia sendirilah yang menjadikan suatu bencana dan kematian. Kita juga melihat bahwa akibat pohon pohon di tebang di bukit bukit gunung menjadikan banjir padang yang menelan beratus ratus rumah, menelan korban ternak dan menimbulkan kematian anak anak tidak berdosa. Tentu saja kejadian itu murni akibat perbuatan manusia yang bodoh sehingga terjadilah musibah dan bencana itu, bukan semata mata karena bencana itu yang membuat Tian, Tuhan YME. Sebaliknya ketika gunung meletus, Syunami di Aceh, gempa bumi, gerhana gergana  merupakan ujian yang berikan Tuhan YME kepada kita. Jadi ada semacam kejadian yang datangnya itu disebabkan oleh manusia itu sendiri, dan sebagian diakibatkan oleh ujian Tuhan YME. Dan ada pula pertolongan yang datangnya dari manusia ( Ren Tao ), dan ada pula suatu pertolongan yang datangnya dai Tuhan YME ( Tian Dao ).Pemisahan yang tegas ini perlu dipahami agar manusia bisa lebih tepat ( Chung ) dalam melakukan aktifitasnya berhubungan dengan tiga dimensi SAMCAI .

TIGA DIMENSI SEBAGAI DASAR
Tiga dimensi  yakni Tuhan, Alam  dan Manusia bersumber pada Kitab Yak King / Kitab Yi  yang berbunyi “ Yak King adalah Kitab yang mengandung makna luas, besar, mencakup segala sesuatu. Didalamnya terkandung Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa ( Thian Too /Tian Tao), Jalan Suci Manusia ( Jien Too/ Ren Dao ), dan Jalan Suci Bumi (Tee Too/ Ti Dao ). Demikianlah mencakup Tiga Kekuatan ( SAMCAI )….(Babaran Agung (B) : 63 )Matakin,p.161.  
Dalam Swat Kwa Bab II :4  (Matakin, p 164) disebutkan “ Dahulu, Nabi membukukan Yak King dengan mematuhi pola hukum yang merupakan perwujudan Watak Sejati dan Firman. Demikianlah maka menegakkan Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa yang dinamai Iem dan Yang, menegakkan Jalan Suci Bumi yang dinamai Lemah dan Kuat ( Jiu dan Kong ), dan menegakkan Jalan Suci manusia yang dinamai Cinta Kasih dan Kebenaran ( Jien dan Gi )…”.
Dalam kehidupan didunia kita tidak bisa lepas dari tiga hubungan itu maka menurut Xs.Indarto bahwa ketiga hubungan itulah yang dinamakan Agama Khonghucu, sehingga dengan demikian agama Khonghucu merupakan agama yang mengajarkan hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta dan hubungan harmonis antara manusia dengan Tian ,Tuhan YME. Hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan melalui persembahyangan dan menjalankan tugasnya sebagai manusia yang mengemban Firman ( Abdi Firman ). Manusia wajib mengembalikan Watak Sejati pemberian Tuhan sejak manusia lahir didunia ini, agar manusia menjadi seorang Ru-Khonghucu .
Hubungan manusia dengan alam semesta adalah manusia wajib kiranya memanfatkan alam untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai menghidupan yang lebih layak, akan tetapi manusia punya kewajiban agar alam yang tersedia di bumi ini jangan sampai diekploitasi sehingga terjadilah kelangkaan sumber alam sekaligus terjadinya ketidakseimbangan alam misalnya terjadi kegundulan hutan, erosi dan tanah longsor. Manusia berkewajiban untuk menjaga agar alam tetap lestari .
Khusus hubungan manusia dengan alam semesta dimana manusia mempunyai karakteristik yang sangat menyolok  sebagai manusia yang berpikir . Dengan demikian manusia akan mempelajari sesuatunya hingga sampai sedalam dalamnya, dan hasil pengkajiannya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Yang termasuk didalamnya adalah teknologi mutakhir yang pada hakekatnya berguna bagi kesejahteraan manusia. Namun demikian teknologi yang jatuh pada tangan tangan orang yang tidak bertanggungjawab, menjadikan kehancuran bagi kehidupan manusia.
Hubungan manusia dengan manusia merupakan hubungan  kehidupan bermasyarakat yang diawali dengan hubungan antara anak dengan orang tua khusunya Ibu. Hubungan ini berkembang menjadi hubungan masyarakat, Negara dan Dunia. Hidup keteraturan dan ketergantungan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipungkiri oleh kita semua.

SAMCAI SEBAGAI SATU KESATUAN TINDAKAN NYATA

PERLU PENAMBAHAN Ti Dao ( Iman Kepada Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi )
Mengingat membahas Samcai sangat luas sekali, maka penulis mencoba merumuskan satu kesatuan dalam Samcai sebagai dasar seorang Ru dalam melakukan langkah langkahnya. Artinya bahwa bagaimanakah seharusnya kita hidup dan bertingkahlaku dalam tiga dimensi itu.  Kajian ini sama saja dengan kita melakukan apa yang diperintahkan agama secara umum kita mengacu pada Ba Cheng Zhen Gui ( Delapan Pengakuan Iman ) 1. Cheng Xin Huang Tian, sepenuh iman percaya terhadap Tuhan YME  adalah dimensi  Tian Tao .  2. Cheng Zun Jue De ( Sepenuh Iman Menjunjung Kebajikan )adalah dimensi Ren Dao 3. Cheng Li Ming Ming ( Sepenuh Iman menegakkan Firman Gelilang ) dimensi Tian Tao 4. Cheng Zhi Gui Shen ( Sepenuh Iman sadar adanya Nyawa dan Roh ) dimensi Tian Tao 5. Cheng Yang Xiao Si ( Sepenuh Iman merawat Cita Berbakti ) dimensi Ren Dao 6. Cheng Shun Mu Duo ( Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani ) dimensi Ren Dao 7.Cheng Qin Jing Shu ( Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu Wu Jing dimensi Tian Tao dan Ren Dao 8. Cheng Xing Da Dao ( Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci Yang Agung ) dimensi Tian Tao dan Ren Dao .
Maka konsep keimanan kita kalau dilihat dari tiga dimensi SAMCAI harus ditambah dengan “ Iman kepada pengembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi “ , yang terakhir ini adalah dimensi Ti Dao . Dimensi Ti Dao adalah dimensi yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Tanpa dimensi ini, manusia menjadi kuper dan kerdil , justru Ti Dao ini yang menjadikan manusia didunia lebih beradab.
Mengingat bahwa dewasa ini manusia dituntut untuk mengembangkan dimensi Ti Dao ini dalam mengisi kehidupannya agar manusia tetap hidup. Melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memudahkan manusia dalam mengerjakan segala aktifitasnya.

PERAN TI DAO DALAM HIDUP BERAGAMA
Pada tahun 1988 , 74 orang pemenang hadiah NOBEL dunia berkumpul di Paris dan mengeluarkan pernyataan bahwa “ Apabila peradapan manusia ingin bertahan, maka kita semua mesti kembali pada abad 25 sebelumya untuk menengok dan mengaplikasikan ajaran Khonghucu “  ( Kristan, Confucianismcrew.biogspot.com/2008/ dan groups,yahoo.com/22190 )
Pernyataan diatas sungguh mengejutkan bagi kita semua, sebab para pemenang Nobel berkelas internasional  tentunya memiliki pengetahuan yang memadai tentang ajaran Khonghucu dan dalam bahasannya tidak jauh dari Samsai ( ajaran Ru- Khonghucu ) yakni   berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi , etika moral serta agama.  Semua orang akan memahami bahwa ajaran Khonghucu dalam kajiannya bukan lagi suatu ajaran kuno, tidak modern serta terbelkang, melainkan suatu ajaran yang tetap hidup dan mengikuti perkembangan jaman, suatu ajaran yang mendukung dalam bidang ekonomi, teknologi, kesehatan , psikologi dan disiplin ilmu lainnya.
APLIKASI TIGA DIMENSI ( SAMCAI )
Dunia Barat jelas jelas memisahkan antara Agama dengan kehidupan begitu pula antara Agama dengan teknologi dan Ilmu pengetahuan.  Sedangkan dunia Timur khususnya ajaran Ru-Khonghucu justru menjelaskan bahwa Teknologi dan Ilmu pengetahuan menjadi satu dengan agama begitu pula dengan kehidupan. Agama itu ya kehidupan , agama itu ya menyangkut segala aspek manusia maupun hasil karyanya. Oleh karena itulah seorang yang beragama menurut Khonghucu adalah orang yang memiliki ciri membina diri ( xiu shen ) sebagai berikut :   
1.     Seorang Ru itu belajar dan kritis/ meniti hakekat tiap perkara dan mencukupkan pengetahuan ( Ge-wu-zhi-zhi ).
Belajar adalah sarana untuk membina diri agar pandangan dan wawasannya memadai . Seorang yang tidak suka belajar akan menjadi bodoh bahkan tidak akan bisa menjadi seorang bajik. Dengan belajar dan terus diulang menjadikan manusia paham akan apa yang harus dilakukan dan paham apa yang tidak boleh dilakukan. Belajar adalah ciri dari sifat manusia yang sangat beda dengan makluk lain.  Manusia sebagai Homo Sapiens ( makhluk yang berpikir ) menghasilkan ilmu yang telah membentuk peradapan seperti apa yang kita punyai sekarang ini. Bagi Ajaran Ru-Khonghucu belajar itu tidak harus kenyang dulu atau orang mengumpulkan harta setelah itu baru belajar, melainkan mulai dari manusia lahir didunia  sampai tidak ada batas yang menuntut manusia untuk berhenti belajar. Beda sekali dengan konsep Aristoteles “ Primum vivere, deinde philosophari” artinya berjuang dulu untuk hidup, barulah boleh berfilsafah ( kegiataan berilmu barulah dimungkinkan setelah bersangkutan tak banyak lagi disibukkan oleh perjuangan sehari hari mencari nafkah). ( Jujun : 233 ).
Belajar menurut Ru-Khonghucu belajar adalah a.proses panjang untuk mematangkan moral spiritual  b. Belajar merupakan pembelajaran yang berkesinambungan c. belajar bersifat holistic , menjadikan professional .

2.     Seorang Ru tidak emosional/ meluruskan hati ( Zheng-xin )
Membina diri agar tidak emosional diperlukan agar seorang Ru dalam menghadapi setiap persoalan hidup dihadapi dengan pikiran dingin. Ini berarti bahwa seorang yang tidak emosi tidak pernah dan tidak akan marah. Marah diperbolehkan untuk mendorong agar orang lain bisa merubah tingkahlakunya atau memperbaiki kinerjanya. Marah yang tidak emosi itu harus dipelajari agar arah dan tujuan marah tidak menyimpang dari apa yang diharapkan.
“ Seorang CEO dalam perusahaan ketika ditanya oleh anak buahnya tentang masalah dilapangan kadang mengatakan “ Aku tidak mau tahu , yang penting beres ! “ . CEO semacam itu menunjukan emosi ketimbang kebijaksaan yang diterapkan. Dalam hal ini seorang Ru harus belajar mengendalikan diri dari emosi dan mulailah bertindak rasional “.
Dimanapun berada, kapanpun membina diri menjadi seorang Confucian yang tangguh dalam menghadapi kesulitan dan selalu menampakkan wajah yang sabar dan tidak emosi ( Lihat Mengendalikan Emosi ,Makalah ). Orang yang sulit mengendalikan emosinya, lanlas tidak akan jernih pikirannya, lemah kemampuan analisisnya dan akhirnya salah membuat penilaian, salah dalam memprediksi situasi dan yang fatal keliru dalam membuat keputusan ( Xs.Indarto : 2 ).

3.     Seorang Ru Tulus dan Jujur
Membina diri untuk menjadi seorang yang beriman, yang tulus dan jujur. Seorang yang tulus dan jujur akan disukai orang lain termasuk rakyatnya juga pelanggannya bagi seorang pengusaha. Orang jujur da tulus tidak membuat sakit hati terhadap orang lain, melainkan orang lain merasa aman tidak terjadi kecurangan yang tidak menyenangkan.
Suka belajar, tidak emosional , tulus dan jujur jiwa jiwa peminpin seorang Ru-Khonghucu sebagai pembinaan diri kedalam ( Nei –sheng ). Sedangkan Wai-wang merupakan tidakan untuk mengatur dunia . Sehingga dengan demikian seorang Ru-Khonghucu itu adalah “ Kedalam membina rohani Kenabian, keluar bertindak sebagai pemimpin “ (Xs. Indarto : 1 ).
Menjadi seorang yang “  Nei-Sheng –wai-ang “ adalah menjadi seorang yang memiiliki etika moral yang memadai  sebagai tauladan dalam mengatur tatanan masyarakat bahkan dunia. Seorang yang memahami SAMCAI dengan menggabungkan etika moral, keagamaan, kemanusiaan dan ilmu pengetahuannya guna menata kehidupan di dunia ini dengan baik. Sehingga pandangan dan wawasannya mengarah kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demokratis. Inilah ciri umat Ru- Khonghucu pada gnerasi ketiga. Kita semua harus masuk wilayah Ru-Khonghucu pada generasi ke III yang menguasai teknologi dan menumbuhkembangkan demokrasi kemasyarakatan


UMAT RU-KHONGHUCU YANG MEMILIKI ETIKA MORAL TERHADAP KEMAJUAN TEKNOLOGI
Mengutip ungkapan Khun Gwan :
Mengapa yang baik menderita ?
Mengapa yang jahat Berjaya ?
Mengapa yang khianat mendapat kepercayaan ?
Mengapa yang penjilat justru mendapat hadiah ?
Mengapa yang setia justru dihempaskan ?
Mengapa yang jujur justru dihukum ….( Tjiong Giok Hwa : 46 )
Nampaknya bahwa dunia ini sudah berbalik sehingga kebaikanpun berubah menjadi jelek. Dan yang paling membahayakan adalah bahwa manusia sebagai satu kesatuan SAMCAI , telah meninggalkan kesatuannya dan bertindak yang berlawanan.
Kita semua menyadari bahwa walaupun kemajuan kemajuan bidang sains dan teknologi pada saat ini telah membawa keuntungan yang besar bagi kemanusiaan, hal hal itu juga telah meningkatkan keprihatinan etika. Nilai nilai etika sudah tidak mampu mengimbangi perkembangan pesat dari sains dan teknologi. Kecenderungan ini merupakan ancaman serius bagi kemanusiaan. Dengan demikian terdapat kebutuhan penting untuk menghasilkan garis pedoman kesusilaan dalam riset ilmiah kita, khususnya dalam bidang bioengineering dan bioteknologi. Persoalan persoalan etika jaman sekarang telah menjadi sebuah titik pertemuan antara sains dan Ketuhanan ( Ti Dao, Tian Dao ) akan membawa keadilan bagi persoalan persoalan etika dari perbuatan manusia yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmiah ( T.D. Singh : 15 ).
 Kesaksian Betty Williams ( Peraih Nobel )melihat banyaknya ilmuwan ilmuwan yang memusatkan pikiran pada penghancuran, menciptakan senjata senjata yang begitu hebat sehingga mampu memusnahkan ratusan ribu orang, beberapa dari senjata itu ( bom neutron misalnya )tanpa menimbulkan sebuah bekas atau goresan pada sebuah gedung. Dan kemudian, tentu saja terdapat senjata biologis. Jenis kegilaan pikiran dan kehampaan jiwa apa yang membiarkan ilmuwan kengerian semacam itu ?
Kesimpulannya adalah bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari pemikiran manusia harus ditunjang oleh manusia manusia yang memahami etika moral, patuh dan sujud  kepada Tian , Tuhan YME. Hanya dengan orang orang yang bercirikan SAMCAI akan mampu membangun dunia dengan tertip dan damai. Teknologi dan Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk kemakmuran dan kemajuan peradapan manusia, bukan untuk sebaliknya yakni penghancuran. Maka tiga dimensi SAMCAI adalah solusi memasuki dunia pada jaman modern saat sekarang. Seorang yang memahami SAMCAI boleh disebut seorang Ru yang “ Nei-sheng-wai-wang “ , seorang Ru yang menjadikan Iman terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dan akhirnya saya sangat tertarik dengan ide Budi S Tanuwibowo dalam buku barunya “ 5 Matahari “ yang tentu saja mengajak kepada kita untuk mengingat kembali Konsep Tripusaka ( Ren,Zhi, Yong ) demikianlah “ Tepat. Tanpa Matahari kelima, kita mungkin masih terbelakang seperti hidup di dalam hutan belantara,” kata Sang Guru mengiyakan.”Tapi ilmu pengetahuan bila dibiarkan berjalan sendiri tanpa diimbangi Cinta Kasih ( Ren ), Kearifan /Kebijaksanaan ( Zhi) , dan Kebijaiksanaan juga sangat berbahaya karena mudah diselewengkan atau disalahgunakan.Ilmu tanpa Keberanian juga lumpuh dalam wujud teori atau wacana. Inilah sebabnya semua harus satu paket sehingga bisa saling menompang , saling mengisi, dan saling melengkapi. Lima Matahari itulah paket kesuksesan bagi manusia untuk kehidupan yang lebih baik, maju,modern, namun tetap beradab dan bermartabat “.
Lima Matahari , dengan menambahkan satu hal yang dimaksud Budi adalah “ Ilmu Pengetahuan dan teknologi “ seperti yang juga penulis katakan sebagai bagian dari SAMCAI, maka menjadikan dasar bagi umat Ru-Khonghucu memasuki abad modern demi peradapan manusia yang mulia ini. Dan selanjutnya tak salah bila para peenang Nobel Dunia menganjurkan kepada kita untuk memepelajari Ru-Khonghucu bila menginginkan peradapan ini bertahan . Bagaimna dengan orang orang Ru_Khonghucu sendiri menangapi hal ini ? .

LANDASAN DASARNYA
1.Moral Ru-Khonghucu meletakan sifat Cinta Kasih, Kebenaran , Susila, Bijaksana dan Dapat Dipercaya sebagai laku luhur yang wajib dihayati sebagai kewajiban suci, yang boleh membawa diri kepada penyempurnaan pribadi dan sekaligus menyangkut tanggungjawab moral untuk turut menyempurnakan segenap wujud, lingkungan hidup, kerukunan dan kedamaian dunia.
2.Iman Ru-Khonghucu mengajarkan bahwa ekosistem yang berlaku disemesta alam ini dikuasai dan didukung oleh Hukum Tuhan ( Tian Li ) yang menjadi hukum alam yang mengaturnya, yang berpola kepada prinsip Iem dan Yang, Negative dan Positif, sesuatu menjadi baik atau tidak baik bergantung pada tempat tidaknya kedudukan, susunan jumlah perbandingan unsur Ien dan Yang itu, bila ada keselarasan, keserasian, keseimbangan dan ketepatan maka akan diciptakan kondisi yang baik, apabila tidak tepat harmonis maka akan terjadi yang sebaliknya.
KESIMPULAN
1.Agama Khonghucu dalam bentuk Tiga Dimensi SAMCAI memungkinkan membentuk manusia yang menguasai teknologi dengan dijiwai oleh etika moral serta patuh kepada Thian, Tuhan YME.
2.Keimanan Khonghucu harus ditambah satu yakni “ Iman kepada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi “.
3.Kita yakin, seyakin yakinnya bahwa ajaran Ru-Khonghucu telah masuk pada babak baru kehidupan yakni Ilmu pengetahuan, teknologi dan demokrasi ( perlu kiranya dikaji lebih mendalam ).









PERPUSTAKAAN
1/.Budi S Tanuwibowo,” Bertambah Bijak Setiap Hari : 5 Matahari “,PT.Gramedia,Jakarta,2010
2/.   Indarto,Xs “ Buku Pelajaran Ru-Jiao Pemula, Makalah ,2010
3/. Tujuh Peraih Nobel tentang Sains dan Spiritualitas,Editor T.D.Singh,Ph.D, Yayasan Insitut   
      Bhaktivedanta Indonesia,2006
4/.  Tjiong giok Hwa, Jalan Suci Yang Ditempuh Para Tokoh Sejarah Agama Khonghucu,Matakin,1999
5/. Tjhie Tjay Ing ,Xs “ Moral Konfusiani Mendukung Pelestarian Lingkungan Hidup “,Matakin,1989.
______________
Sidoarjo, 28-4-2010
*Makalah ini dipersembahkan sebagai penghargaan pribadi penulis kepada Budi S. Tanuwibowo 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar