TIGA DIMENSI
KETUHANAN,TEKNOLOGI DAN KEMANUSIAAN DALAM RU-KHONGHUCU
Oleh : Js.Drs.Ongky
Setio Kuncono,MM,MBA*
PENDAHULUAN
Pada suatu hari rombongan Xs.Indarto naik Bus
menuju ke salah satu tempat, tiba tiba terjadilah kecelakaan dasyat sehingga diantara rombongan itu ada yang luka parah dan ada juga yang meninggal dunia, namun Xs. Indarto selamat dari musibah dasyat itu . Tentu saja dari kejadian itu, Xs. Indarto harus bersyukur kepada Tian, Tuhan
YME, karena beliau telah selamat dari musibah kendati beliau terkena luka luka
ringan .
Pengungkapan rasa
syukur kepada Thian, Tuhan YME merupakan tidakan yang sangat tepat karena Tian
masih memberikan Xs.Indarto keselamatan
dan umur panjang, sebaliknya ketika Xs. Indarto di rawat luka lukanya oleh
seorang dokter, beliau harus berterimakasih kepada dokter yang telah
mengobatinya. Dari satu hal bersukur kepada
Tian dan hal lain berterimakasih kepada
dokter merupakan pemisahan yang tegas kapan manusia itu menghadap kepada
Tuhannya dan kapan manusia menghormati
sesama manusia.
Dalam ajaran Ru-Khonghucu dengan tegas dan jelas memisahkan
ungkapan syukur itu pada tempat dan kondisi serta tujuan yang tepat. Artinya bahwa tidak
semua kejadian yang kita lakukan didunia
ini dikaburkan sehingga segalanya mengarah kepada Tian , Tuhan YME. Khonghucu mengajarkan kepada kita bahwa rasa
bakti anak kepada orang tua didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kita semua
berhutang budi kepada orang tua sejak bayi hingga dewasa dirawat, dibekali ilmu,
dibimbing sehingga menjadi manusia yang mandiri.
* Penulis Mahasiswa Pascasarjana Program Doctoral ( DR ) Ilmu
Ekonomi .
Tentu saja secara rasional semua itu berkat jasa dari pada
orang tua. Maka sebagai umat Ru, wajib membalas budi kepada orang tua dalam
bentuk bakti .
Pemisahan yang tegas kapan harus berbakti kepada manusia (
Ren Dao ) dan kapan harus bersyukur dan bersembahyang kepada Thian, Tuhan YME (
Tian Dao ) merupakan ciri kas dalam ajaran Ru-Khonghucu . Pemisahan ini bukan
berarti manusia tidak meyakini bahwa segala sesuatu yang dinikmati manusia itu bersumber pada Tian sebagai Maha Pengasih
. Akan tetapi manusia hendaknya mengerti bahwa benda benda yang bisa memenuhi
kebutuhannya didapatkan dari hasil pengelolahan manusia entah itu orang tua,
sahabat, orang lain yang secara langsung bisa dilihat.
Dalam kontek ini persis apa yang pernah dikatakan Gus Dur
bahwa “ Tuhan jangan dilayani seperti Raja sebab Tuhan Yang Maha itu didak
bertambah dan tidak berkurang akibat dari pelayanan manusia” . Artinya bahwa
Tuhan itu sudah tidak ada kekurangan apapun, manusia hendaknya melakukan abdi
yang lebih kepada manusia itu sendiri. Abdi Kepada manusia merupakan tindakan
yang diharapkan pada perkembangan agama dewasa ini. Tentu saja bahwa bagaimana
manusia saat sekarang ini mampu menumbuhkan nilai nilai kemanusiaan dalam
kehidupannya, jangan melulu taat kepada Tuhan sedangkan kebawah meninggalkan
hubungan antar sesama.
Ketika terjadi perang dunia I dan perang dunia II banyak
terjadi kerusakan baik manusia maupun alam dan dingkungan, maka ini adalah
perbuatan manusia yang tidak menghargai hubungan antara manusia dengan alam (
Ti Dao ), maka akibat ulah manusia sendirilah yang menjadikan suatu bencana dan
kematian. Kita juga melihat bahwa akibat pohon pohon di tebang di bukit bukit
gunung menjadikan banjir padang yang menelan beratus ratus rumah, menelan
korban ternak dan menimbulkan kematian anak anak tidak berdosa. Tentu saja
kejadian itu murni akibat perbuatan manusia yang bodoh sehingga terjadilah musibah
dan bencana itu, bukan semata mata karena bencana itu yang membuat Tian, Tuhan
YME. Sebaliknya ketika gunung meletus, Syunami di Aceh, gempa bumi, gerhana
gergana merupakan ujian yang berikan
Tuhan YME kepada kita. Jadi ada semacam kejadian yang datangnya itu disebabkan
oleh manusia itu sendiri, dan sebagian diakibatkan oleh ujian Tuhan YME. Dan
ada pula pertolongan yang datangnya dari manusia ( Ren Tao ), dan ada pula
suatu pertolongan yang datangnya dai Tuhan YME ( Tian Dao ).Pemisahan yang
tegas ini perlu dipahami agar manusia bisa lebih tepat ( Chung ) dalam
melakukan aktifitasnya berhubungan dengan tiga dimensi SAMCAI .
TIGA DIMENSI SEBAGAI DASAR
Tiga dimensi yakni
Tuhan, Alam dan Manusia bersumber pada
Kitab Yak King / Kitab Yi yang berbunyi
“ Yak King adalah Kitab yang mengandung makna luas, besar, mencakup segala
sesuatu. Didalamnya terkandung Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa ( Thian Too /Tian
Tao), Jalan Suci Manusia ( Jien Too/ Ren Dao ), dan Jalan Suci Bumi (Tee Too/
Ti Dao ). Demikianlah mencakup Tiga Kekuatan ( SAMCAI )….(Babaran Agung (B) :
63 )Matakin,p.161.
Dalam Swat Kwa Bab II :4
(Matakin, p 164) disebutkan “ Dahulu, Nabi membukukan Yak King dengan
mematuhi pola hukum yang merupakan perwujudan Watak Sejati dan Firman.
Demikianlah maka menegakkan Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa yang dinamai Iem dan
Yang, menegakkan Jalan Suci Bumi yang dinamai Lemah dan Kuat ( Jiu dan Kong ),
dan menegakkan Jalan Suci manusia yang dinamai Cinta Kasih dan Kebenaran ( Jien
dan Gi )…”.
Dalam kehidupan didunia kita tidak bisa lepas dari tiga
hubungan itu maka menurut Xs.Indarto bahwa ketiga hubungan itulah yang dinamakan
Agama Khonghucu, sehingga dengan demikian agama Khonghucu merupakan agama yang
mengajarkan hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, hubungan harmonis
antara manusia dengan alam semesta dan hubungan harmonis antara manusia dengan
Tian ,Tuhan YME. Hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan melalui
persembahyangan dan menjalankan tugasnya sebagai manusia yang mengemban Firman
( Abdi Firman ). Manusia wajib mengembalikan Watak Sejati pemberian Tuhan sejak
manusia lahir didunia ini, agar manusia menjadi seorang Ru-Khonghucu .
Hubungan manusia dengan alam semesta adalah manusia wajib
kiranya memanfatkan alam untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai
menghidupan yang lebih layak, akan tetapi manusia punya kewajiban agar alam
yang tersedia di bumi ini jangan sampai diekploitasi sehingga terjadilah
kelangkaan sumber alam sekaligus terjadinya ketidakseimbangan alam misalnya
terjadi kegundulan hutan, erosi dan tanah longsor. Manusia berkewajiban untuk
menjaga agar alam tetap lestari .
Khusus hubungan manusia dengan alam semesta dimana manusia
mempunyai karakteristik yang sangat menyolok
sebagai manusia yang berpikir . Dengan demikian manusia akan mempelajari
sesuatunya hingga sampai sedalam dalamnya, dan hasil pengkajiannya merupakan dasar
bagi eksistensi ilmu. Yang termasuk didalamnya adalah teknologi mutakhir yang
pada hakekatnya berguna bagi kesejahteraan manusia. Namun demikian teknologi
yang jatuh pada tangan tangan orang yang tidak bertanggungjawab, menjadikan
kehancuran bagi kehidupan manusia.
Hubungan manusia dengan manusia merupakan hubungan kehidupan bermasyarakat yang diawali dengan
hubungan antara anak dengan orang tua khusunya Ibu. Hubungan ini berkembang
menjadi hubungan masyarakat, Negara dan Dunia. Hidup keteraturan dan ketergantungan
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipungkiri oleh kita semua.
SAMCAI SEBAGAI SATU KESATUAN TINDAKAN NYATA
PERLU PENAMBAHAN Ti Dao ( Iman Kepada Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi )
Mengingat membahas Samcai sangat luas sekali, maka penulis
mencoba merumuskan satu kesatuan dalam Samcai sebagai dasar seorang Ru dalam
melakukan langkah langkahnya. Artinya bahwa bagaimanakah seharusnya kita hidup
dan bertingkahlaku dalam tiga dimensi itu.
Kajian ini sama saja dengan kita melakukan apa yang diperintahkan agama
secara umum kita mengacu pada Ba Cheng Zhen Gui ( Delapan Pengakuan Iman ) 1.
Cheng Xin Huang Tian, sepenuh iman percaya terhadap Tuhan YME adalah dimensi Tian Tao .
2. Cheng Zun Jue De ( Sepenuh Iman Menjunjung Kebajikan )adalah dimensi
Ren Dao 3. Cheng Li Ming Ming ( Sepenuh Iman menegakkan Firman Gelilang )
dimensi Tian Tao 4. Cheng Zhi Gui Shen ( Sepenuh Iman sadar adanya Nyawa dan
Roh ) dimensi Tian Tao 5. Cheng Yang Xiao Si ( Sepenuh Iman merawat Cita
Berbakti ) dimensi Ren Dao 6. Cheng Shun Mu Duo ( Sepenuh Iman mengikuti Genta
Rohani ) dimensi Ren Dao 7.Cheng Qin Jing Shu ( Sepenuh Iman memuliakan Kitab
Si Shu Wu Jing dimensi Tian Tao dan Ren Dao 8. Cheng Xing Da Dao ( Sepenuh Iman
menempuh Jalan Suci Yang Agung ) dimensi Tian Tao dan Ren Dao .
Maka konsep keimanan kita kalau dilihat dari tiga dimensi
SAMCAI harus ditambah dengan “ Iman kepada pengembangan Ilmu pengetahuan dan
Teknologi “ , yang terakhir ini adalah dimensi Ti Dao . Dimensi Ti Dao adalah
dimensi yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia dalam
kehidupannya. Tanpa dimensi ini, manusia menjadi kuper dan kerdil , justru Ti
Dao ini yang menjadikan manusia didunia lebih beradab.
Mengingat bahwa dewasa ini manusia dituntut untuk
mengembangkan dimensi Ti Dao ini dalam mengisi kehidupannya agar manusia tetap
hidup. Melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memudahkan
manusia dalam mengerjakan segala aktifitasnya.
PERAN TI DAO DALAM HIDUP BERAGAMA
Pada tahun 1988 , 74 orang pemenang hadiah NOBEL dunia
berkumpul di Paris dan mengeluarkan pernyataan bahwa “ Apabila peradapan
manusia ingin bertahan, maka kita semua mesti kembali pada abad 25 sebelumya
untuk menengok dan mengaplikasikan ajaran Khonghucu “ ( Kristan, Confucianismcrew.biogspot.com/2008/
dan groups,yahoo.com/22190 )
Pernyataan diatas sungguh mengejutkan bagi kita semua, sebab
para pemenang Nobel berkelas internasional tentunya memiliki pengetahuan yang memadai
tentang ajaran Khonghucu dan dalam bahasannya tidak jauh dari Samsai ( ajaran
Ru- Khonghucu ) yakni berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi , etika moral serta agama. Semua orang akan memahami bahwa ajaran
Khonghucu dalam kajiannya bukan lagi suatu ajaran kuno, tidak modern serta
terbelkang, melainkan suatu ajaran yang tetap hidup dan mengikuti perkembangan
jaman, suatu ajaran yang mendukung dalam bidang ekonomi, teknologi, kesehatan ,
psikologi dan disiplin ilmu lainnya.
APLIKASI TIGA DIMENSI ( SAMCAI )
Dunia Barat jelas jelas memisahkan antara Agama dengan
kehidupan begitu pula antara Agama dengan teknologi dan Ilmu pengetahuan. Sedangkan dunia Timur khususnya ajaran
Ru-Khonghucu justru menjelaskan bahwa Teknologi dan Ilmu pengetahuan menjadi
satu dengan agama begitu pula dengan kehidupan. Agama itu ya kehidupan , agama
itu ya menyangkut segala aspek manusia maupun hasil karyanya. Oleh karena
itulah seorang yang beragama menurut Khonghucu adalah orang yang memiliki ciri membina
diri ( xiu shen ) sebagai berikut :
1.
Seorang
Ru itu belajar dan kritis/ meniti hakekat tiap perkara dan mencukupkan
pengetahuan ( Ge-wu-zhi-zhi ).
Belajar adalah sarana untuk membina
diri agar pandangan dan wawasannya memadai . Seorang yang tidak suka belajar
akan menjadi bodoh bahkan tidak akan bisa menjadi seorang bajik. Dengan belajar
dan terus diulang menjadikan manusia paham akan apa yang harus dilakukan dan
paham apa yang tidak boleh dilakukan. Belajar adalah ciri dari sifat manusia
yang sangat beda dengan makluk lain. Manusia sebagai Homo Sapiens ( makhluk yang
berpikir ) menghasilkan ilmu yang telah membentuk peradapan seperti apa yang
kita punyai sekarang ini. Bagi Ajaran Ru-Khonghucu belajar itu tidak harus
kenyang dulu atau orang mengumpulkan harta setelah itu baru belajar, melainkan
mulai dari manusia lahir didunia sampai
tidak ada batas yang menuntut manusia untuk berhenti belajar. Beda sekali
dengan konsep Aristoteles “ Primum vivere, deinde philosophari” artinya
berjuang dulu untuk hidup, barulah boleh berfilsafah ( kegiataan berilmu barulah
dimungkinkan setelah bersangkutan tak banyak lagi disibukkan oleh perjuangan
sehari hari mencari nafkah). ( Jujun : 233 ).
Belajar menurut Ru-Khonghucu belajar
adalah a.proses panjang untuk mematangkan moral spiritual b. Belajar merupakan pembelajaran yang
berkesinambungan c. belajar bersifat holistic , menjadikan professional .
2.
Seorang
Ru tidak emosional/ meluruskan hati ( Zheng-xin )
Membina diri agar tidak emosional
diperlukan agar seorang Ru dalam menghadapi setiap persoalan hidup dihadapi dengan
pikiran dingin. Ini berarti bahwa seorang yang tidak emosi tidak pernah dan
tidak akan marah. Marah diperbolehkan untuk mendorong agar orang lain bisa
merubah tingkahlakunya atau memperbaiki kinerjanya. Marah yang tidak emosi itu
harus dipelajari agar arah dan tujuan marah tidak menyimpang dari apa yang
diharapkan.
“ Seorang CEO dalam perusahaan ketika
ditanya oleh anak buahnya tentang masalah dilapangan kadang mengatakan “ Aku
tidak mau tahu , yang penting beres ! “ . CEO semacam itu menunjukan emosi ketimbang
kebijaksaan yang diterapkan. Dalam hal ini seorang Ru harus belajar
mengendalikan diri dari emosi dan mulailah bertindak rasional “.
Dimanapun berada, kapanpun membina
diri menjadi seorang Confucian yang tangguh dalam menghadapi kesulitan dan selalu
menampakkan wajah yang sabar dan tidak emosi ( Lihat Mengendalikan Emosi
,Makalah ). Orang yang sulit mengendalikan emosinya, lanlas tidak akan jernih
pikirannya, lemah kemampuan analisisnya dan akhirnya salah membuat penilaian,
salah dalam memprediksi situasi dan yang fatal keliru dalam membuat keputusan (
Xs.Indarto : 2 ).
3.
Seorang
Ru Tulus dan Jujur
Membina diri untuk menjadi seorang
yang beriman, yang tulus dan jujur. Seorang yang tulus dan jujur akan disukai
orang lain termasuk rakyatnya juga pelanggannya bagi seorang pengusaha. Orang
jujur da tulus tidak membuat sakit hati terhadap orang lain, melainkan orang
lain merasa aman tidak terjadi kecurangan yang tidak menyenangkan.
Suka belajar, tidak emosional , tulus dan jujur jiwa jiwa
peminpin seorang Ru-Khonghucu sebagai pembinaan diri kedalam ( Nei –sheng ).
Sedangkan Wai-wang merupakan tidakan untuk mengatur dunia . Sehingga dengan
demikian seorang Ru-Khonghucu itu adalah “ Kedalam membina rohani Kenabian,
keluar bertindak sebagai pemimpin “ (Xs. Indarto : 1 ).
Menjadi seorang yang “
Nei-Sheng –wai-ang “ adalah menjadi seorang yang memiiliki etika moral
yang memadai sebagai tauladan dalam
mengatur tatanan masyarakat bahkan dunia. Seorang yang memahami SAMCAI dengan
menggabungkan etika moral, keagamaan, kemanusiaan dan ilmu pengetahuannya guna
menata kehidupan di dunia ini dengan baik. Sehingga pandangan dan wawasannya
mengarah kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demokratis. Inilah
ciri umat Ru- Khonghucu pada gnerasi ketiga. Kita semua harus masuk wilayah Ru-Khonghucu
pada generasi ke III yang menguasai teknologi dan menumbuhkembangkan demokrasi
kemasyarakatan
UMAT RU-KHONGHUCU YANG MEMILIKI ETIKA MORAL TERHADAP KEMAJUAN
TEKNOLOGI
Mengutip ungkapan Khun Gwan :
Mengapa yang baik menderita ?
Mengapa yang jahat Berjaya ?
Mengapa yang khianat mendapat kepercayaan ?
Mengapa yang penjilat justru mendapat hadiah ?
Mengapa yang setia justru dihempaskan ?
Mengapa yang jujur justru dihukum ….( Tjiong Giok Hwa : 46 )
Nampaknya bahwa dunia ini sudah berbalik sehingga kebaikanpun
berubah menjadi jelek. Dan yang paling membahayakan adalah bahwa manusia
sebagai satu kesatuan SAMCAI , telah meninggalkan kesatuannya dan bertindak
yang berlawanan.
Kita semua menyadari bahwa walaupun kemajuan kemajuan bidang
sains dan teknologi pada saat ini telah membawa keuntungan yang besar bagi
kemanusiaan, hal hal itu juga telah meningkatkan keprihatinan etika. Nilai
nilai etika sudah tidak mampu mengimbangi perkembangan pesat dari sains dan
teknologi. Kecenderungan ini merupakan ancaman serius bagi kemanusiaan. Dengan
demikian terdapat kebutuhan penting untuk menghasilkan garis pedoman kesusilaan
dalam riset ilmiah kita, khususnya dalam bidang bioengineering dan bioteknologi.
Persoalan persoalan etika jaman sekarang telah menjadi sebuah titik pertemuan
antara sains dan Ketuhanan ( Ti Dao, Tian Dao ) akan membawa keadilan bagi
persoalan persoalan etika dari perbuatan manusia yang ditimbulkan oleh kemajuan
ilmiah ( T.D. Singh : 15 ).
Kesaksian Betty
Williams ( Peraih Nobel )melihat banyaknya ilmuwan ilmuwan yang memusatkan
pikiran pada penghancuran, menciptakan senjata senjata yang begitu hebat
sehingga mampu memusnahkan ratusan ribu orang, beberapa dari senjata itu ( bom
neutron misalnya )tanpa menimbulkan sebuah bekas atau goresan pada sebuah
gedung. Dan kemudian, tentu saja terdapat senjata biologis. Jenis kegilaan
pikiran dan kehampaan jiwa apa yang membiarkan ilmuwan kengerian semacam itu ?
Kesimpulannya adalah bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan
yang merupakan hasil dari pemikiran manusia harus ditunjang oleh manusia
manusia yang memahami etika moral, patuh dan sujud kepada Tian , Tuhan YME. Hanya dengan orang
orang yang bercirikan SAMCAI akan mampu membangun dunia dengan tertip dan
damai. Teknologi dan Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk kemakmuran dan
kemajuan peradapan manusia, bukan untuk sebaliknya yakni penghancuran. Maka
tiga dimensi SAMCAI adalah solusi memasuki dunia pada jaman modern saat
sekarang. Seorang yang memahami SAMCAI boleh disebut seorang Ru yang “
Nei-sheng-wai-wang “ , seorang Ru yang menjadikan Iman terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dan akhirnya saya sangat tertarik dengan ide Budi S
Tanuwibowo dalam buku barunya “ 5 Matahari “ yang tentu saja mengajak kepada
kita untuk mengingat kembali Konsep Tripusaka ( Ren,Zhi, Yong ) demikianlah “
Tepat. Tanpa Matahari kelima, kita mungkin masih terbelakang seperti hidup di
dalam hutan belantara,” kata Sang Guru mengiyakan.”Tapi ilmu pengetahuan bila
dibiarkan berjalan sendiri tanpa diimbangi Cinta Kasih ( Ren ), Kearifan
/Kebijaksanaan ( Zhi) , dan Kebijaiksanaan juga sangat berbahaya karena mudah
diselewengkan atau disalahgunakan.Ilmu tanpa Keberanian juga lumpuh dalam wujud
teori atau wacana. Inilah sebabnya semua harus satu paket sehingga bisa saling
menompang , saling mengisi, dan saling melengkapi. Lima Matahari itulah paket
kesuksesan bagi manusia untuk kehidupan yang lebih baik, maju,modern, namun
tetap beradab dan bermartabat “.
Lima Matahari , dengan menambahkan satu hal yang dimaksud
Budi adalah “ Ilmu Pengetahuan dan teknologi “ seperti yang juga penulis
katakan sebagai bagian dari SAMCAI, maka menjadikan dasar bagi umat
Ru-Khonghucu memasuki abad modern demi peradapan manusia yang mulia ini. Dan
selanjutnya tak salah bila para peenang Nobel Dunia menganjurkan kepada kita
untuk memepelajari Ru-Khonghucu bila menginginkan peradapan ini bertahan .
Bagaimna dengan orang orang Ru_Khonghucu sendiri menangapi hal ini ? .
LANDASAN DASARNYA
1.Moral Ru-Khonghucu meletakan sifat Cinta Kasih, Kebenaran ,
Susila, Bijaksana dan Dapat Dipercaya sebagai laku luhur yang wajib dihayati
sebagai kewajiban suci, yang boleh membawa diri kepada penyempurnaan pribadi
dan sekaligus menyangkut tanggungjawab moral untuk turut menyempurnakan segenap
wujud, lingkungan hidup, kerukunan dan kedamaian dunia.
2.Iman Ru-Khonghucu mengajarkan bahwa ekosistem yang berlaku
disemesta alam ini dikuasai dan didukung oleh Hukum Tuhan ( Tian Li ) yang menjadi
hukum alam yang mengaturnya, yang berpola kepada prinsip Iem dan Yang, Negative
dan Positif, sesuatu menjadi baik atau tidak baik bergantung pada tempat tidaknya
kedudukan, susunan jumlah perbandingan unsur Ien dan Yang itu, bila ada
keselarasan, keserasian, keseimbangan dan ketepatan maka akan diciptakan
kondisi yang baik, apabila tidak tepat harmonis maka akan terjadi yang
sebaliknya.
KESIMPULAN
1.Agama Khonghucu dalam bentuk Tiga Dimensi SAMCAI
memungkinkan membentuk manusia yang menguasai teknologi dengan dijiwai oleh
etika moral serta patuh kepada Thian, Tuhan YME.
2.Keimanan Khonghucu harus ditambah satu yakni “ Iman kepada
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi “.
3.Kita yakin, seyakin yakinnya bahwa ajaran Ru-Khonghucu
telah masuk pada babak baru kehidupan yakni Ilmu pengetahuan, teknologi dan
demokrasi ( perlu kiranya dikaji lebih mendalam ).
PERPUSTAKAAN
1/.Budi S Tanuwibowo,” Bertambah Bijak Setiap Hari : 5
Matahari “,PT.Gramedia,Jakarta,2010
2/. Indarto,Xs “ Buku
Pelajaran Ru-Jiao Pemula, Makalah ,2010
3/. Tujuh Peraih Nobel tentang Sains dan Spiritualitas,Editor
T.D.Singh,Ph.D, Yayasan Insitut
Bhaktivedanta
Indonesia,2006
4/. Tjiong giok Hwa,
Jalan Suci Yang Ditempuh Para Tokoh Sejarah Agama Khonghucu,Matakin,1999
5/. Tjhie Tjay Ing ,Xs “ Moral Konfusiani Mendukung
Pelestarian Lingkungan Hidup “,Matakin,1989.
______________
Sidoarjo, 28-4-2010
*Makalah ini dipersembahkan sebagai penghargaan pribadi
penulis kepada Budi S. Tanuwibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar